INSINYUR JERMAN INGOLF (60) DAN DIRIGITTE (64):
Lebih
dari 4 tahun keliling dunia dengan kapal kecil
Di tengah samudera Pasifik yang luas, sebuah titik kecil dapat terlihat
dari atas pesawat. Sebuah yacht kecil tampak terombang-ambing di tengah
lautan yang sangat luas, hingga dapat diibaratkan kalau yacht ini
hanyalah setitik debu di tengah lautan yang maha luas. Gelombang besar
lautan membuat perahu kecil ini naik turun sehingga dapat dibayangkan
bagaimana seandainya jika kita sedang berada di dalam kondisi yang
seperti ini. Belum lagi termasuk adanya badai besar yang siap menghantam
kapal kita setiap saat. Tentunya perjuangan menaklukkan tantangan alam
ini membutuhkan tekad keberanian yang luar biasa di samping tentu saja
keahlian yang memadai.
Badai
besar di samudera Pasifik ternyata bukan halangan bagi sepasang suami
istri di dalam yacht ini karena mereka memang mencari petualangan dan
tantangan seperti ini. Mereka adalah keluarga dari negeri Jerman yang
ingin mengelilingi dunia berdua saja hanya dengan menggunakan yacht
kecil. Sehabis mendapatkan pensiunan dari perusahaan BOSCH di Jerman
dalam bidang pump injection, mereka berencana membeli dan
memodifikasi yacht untuk berkelana menjelajahi berbagai negara di dunia.
Berikut
beberapa petikan wawancara Heru Sukandar bersama Khairul Jupril bersama
sepasang suami istri dari Jerman ini sebagai peserta sail Indonesia 2008
ketika berada di pantai Tanjung kelayang.
Dari
Negara mana anda memulai Perjalanan anda?
Dimulai dari Negara
Italia, kemudian berlanjut menuju samudera Atlantik hingga sampailah
kami ke negeri Panama. Dari sini kami menyeberangi terusan Panama yang
merupakan terusan terpanjang di dunia. Lalu dimulailah perjalanan
panjang kami berikutnya untuk menyeberangi samudera Pasifik yang maha
luas sepanjang 6.000 mil hanya menggunakan tenaga angin saja dan sedikit
bahan bakar solar. Diperkirakan kami hanya menghabiskan kurang dari 200
liter solar untuk menempuh perjalanan panjang ini. Bahkan untuk memasak,
menonton televisi, atau menggunakan alat komunikasi kami memanfaatkan
energi angin lewat mindwill kecil (turbin kecil) dan
merubahnya menjadi energi listrik yang disimpan dalam baterai atau aki.
Kami sempat singgah di negeri kepulauan Macedonia. Akhir dari perjalanan
panjang kami menyeberangi samudera Pasifik ini adalah Negara Austrlia
tepatnya di kota Darwin.
Berapa lama waktu yang
anda habiskan dalam perjalanan dari Jerman ke Australia ?
Kami menghabiskan waktu
lebih dari 4 tahun keliling dunia dengan kapal kecil dimulai dari negara
kami hingga mengikuti jalur sail Indonesia. Kami tiba di kota Darwin ini
pada tanggal 22 Juli 2008. Selain itu kami juga tidak mengikuti
rombongan pelayar dunia lainnya hingga di kota Darwin ini. Dari kota
yang terletak di utara Australia inilah kami bergabung dengan yachter
dunia lainnya.
Ada berapa banyak
yacht waktu anda berada di Australia?
Sekitar lebih dari 150
boat kecil dari berbagai belahan dunia yang berada di pelabuhan kota
Darwin. Kami dijadwalkan mengikuti jalur sail Indonesia melewati rute
bagian barat dan rute bagian timur.
Berapa Negara yang ikut
serta?
Bersama dengan para
peserta dari sekitar 22 negara.
Rute-rute mana saja
yang anda tempuh?
Dari kota Darwin kami
menuju Kupang, Alor, Lembata, Maumere, Ende, Riung, Labuan Bajo, Bima,
Bali, Karimun Jawa, dan Belitung. Kami singgah di pulau Dewata ini
sekitar akhir Agustus, dan memulai perjalanan ke pulau Karimun sekitar
bulan September. Petualangan kami selanjutnya adalah berlayar dari pulau
Karimun yang terletak di utara pulau Jawa ini menuju perairan pulau
Belitung.
Berapa banyak minyak
solar yang anda habiskan dalam perjalanan ke pulau Belitung ini?
Karena kurangnya angin di
laut Jawa, kami terpaksa menghabiskan bahan bakar solar sebanyak 150
liter.
Apa sebabnya tiba di
pulau Belitung tidak bersamaan?
Tampaknya energi angin
kurang berlimpah di negara kepulauan Indonesia termasuk di perairan
propinsi Bangka Belitung. Hal ini termasuk salah satu faktor penyebab
keterlambatan para peserta sail Indonesia lainnya yang datang ke Pulau
Belitung. Di samping itu memang ada juga sebagian dari peserta ini yang
tidak selalu tepat mengikuti jalur pelayaran yang telah ditentukan.
Berapa lama waktu anda
singgah di pulau Belitung dan apa saja yang anda lakukan di sini?
Kami melakukan
persinggahan di Pulau Belitung hanya beberapa hari saja, sembari
menunggu hadirnya para peserta lainnya yang terjadwal dari tanggal 10 -
15 Oktober 2008. Kami harus sudah meninggalkan pulau Belitung pada hari
selasa minggu depan atau tepatnya tanggal 14 Oktober 2008. Selama di
pulau Belitung kami melakukan aktivitas berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari di dalam kapal, serta melihat panorama alam
dan kesenian daerah yang dihadirkan oleh panitia kabupaten Belitung.
Tidak ketinggalan juga kami membeli souvenir batu satam sebagai ciri
khas cinderamata asli Belitung dan menyempatkan diri untuk minum es
kelapa muda sambil bercengkerama dengan kalian.
Kendala-kendala apa
yang saja yang menyulitkan anda ketika memasuki wilayah Indonesia ini?
Kami menyampaikan keluh
kesah betapa mahalnya biaya visa untuk masuk ke Indonesia dibandingkan
dengan Negara Australia. Tampaknya Negara Australia memberikan
kemudahan akses bagi para peserta sail International, terbukti dengan
murahnya biaya untuk masuk ke Negara Australia, walaupun biaya hidup di
sana lebih mahal. Sedangkan di Indonesia, kami mengaku biaya untuk masuk
ke negara ini lebih mahal walaupun biaya hidupnya jauh lebih murah.
Dan bagaimana kalau
dibandingkan dengan keadaan kehidupan di negara anda?
Kami memang dilahirkan dan
dibesarkan di kota Stutgart, tempat Klinsmann pemain bola Jerman
berdomisili. Kami merasakan juga biaya hidup di negara kami jauh lebih
mahal dibandingkan negera-negara di Asia. Kami juga pernah tinggal di
Cina selama 5 tahun, sehingga dapat membandingkan besarnya biaya hidup
di berbagai negara.
Bagaimana dangan
masalah makanan yang anda konsumsi selama ini? Ternyata kami bisa
menyukai nasi, sekalipun makanan pokok kami adalah roti. Hal ini tentu
saja tidak menjadikan masalah besar bagi kami untuk menikmati makanan
setiap hari yang ada di Indonesia termasuk di pulau Belitung.
Apa saja yang menarik
perhatian anda di Tanjung kelayang ini?
Kami sangat terpesona
dengan keindahan alam di daerah wisata Tanjung kelayang dan sekitarnya
dengan keunikan bentuk bebatuan yang ada di tengah laut dan di pantai.
Kami juga merasakan persepsi yang sama seperti kita tentang bentuk
batuan ini, ada yang seperti menyerupai bentuk hewan seperti burung,
ikan bahkan seperti bagian tubuh manusia. (ket: kami menjelaskan
juga kepada mereka inilah alasan mengapa penduduk lokal di pulau
Belitung juga menyebut pantai yang memiliki batuan berbentuk paruh
burung kelayang ini sebagai Tanjung Kelayang). Kami juga menyukai nama
tempat dengan panggilan seperti itu.
Apakah anda berminat
untuk berwisata ke pulau-pulau di sekitar Tanjung Kelayang, seperti
pulau Burung, pulau Lengkuas atau pulau Babi, bahkan pulau-pulau kecil
lainnya?
Kami tidak berani
melakukannya karena kami telah mengetahui kedalaman air di daerah ini
dan menjumpai banyak batu-batu karang. Kapal kami setidaknya harus
berlayar di atas air dengan kedalaman lebih dari 2 meter agar tidak
merusak lambung perahu kami.
Peralatan apa saja yang
anda miliki dalam kapal anda?
Kami memiliki peralatan
sonometer di kapal kami untuk mengetahui topografi lautan yang kami
jelajahi. Tentu saja bisa kita katakan kalau kapal kami cukup canggih
dengan berbagai fasilitas yang sangat memadai seperti ini.
Pernahkah anda berjumpa
perompak di lautan?
Untungnya kami tidak
menjumpai perompak selama perjalanan kami di lautan Indonesia. Kami
mengaku cukup aman untuk berlayar di lautan Indonesia. Suasana seperti
inilah yang memang harus kita dukung bahkan untuk memberikan kesan yang
baik buat negara kalian di mata dunia.
Apakah ada tujuan yang
lain selain anda berwisata ke berbagai negara?
Tidak, tujuan kami hanya
untuk berwisata saja.
Apakah anda telah
mengenal sebelumnya para peserta lainnya?
Tidak, kami tidak mengenal
mereka. Hanya ketika berangkat dari kota Darwin kami baru mulai mengenal
beberapa orang dari mereka.
Selama anda melakukan
perjalanan di berbagai tempat di Indonesia, manakah pantai terbaik yang
pernah anda lihat?
Kami merasakan bahwa
pantai Tanjung Kelayang ini adalah pantai terindah yang pernah kami
jumpai dalam sail Indonesia ini.
Mengapa anda mengatakan
pantaiTanjung kelayang adalah pantai terbaik yang pernah kalian jumpai?
Suatu hal yang patut
kalian banggakan tentang potensi wisata di daerah kalian adalah
keindahan alamnya yang luar biasa dengan pasir pantainya yang putih,
halus dan lembut serta air lautnya yang masih jernih, sangat jauh dengan
daerah wisata di kepulauan Indonesia lainnya. Kami lebih suka dengan
pasir pantai yang putih dari pada pasir coklat atau berwarna abu-abu
seperti yang kami temukan di pantai pulau Bali. Hal inilah yang patut
kalian jaga dan kalian kembangkan di pulau Belitung yang tercinta ini.
Di daerah mana anda
akan mengakhiri perjalanan sail Indonesia ini?
Kegiatan sail kami
selanjutnya adalah berlayar ke pulau Batam dan Singapura.
Apa yang anda cemaskan
dalam perjalanan anda nanti?
Kami mengkhawatirkan akan
terjadinya badai atau petir di perairan selat Malaka. Hanya inilah
problem utama kami dalam berlayar selama ini. Kami takut kalau peralatan
komunikasi atau peralatan elektronik kami di kapal rusak karena badai
dan petir ini. Walau bagaimana pun juga semua peralatan ini tetap
merupakan penunjang kesuksesan dalam pelayaran kami.
Ada berapa orang di
dalam yacht anda?
Hanya kami berdua saja.
Jadi, semua urusan di kapal harus dimanage oleh kami berdua saja tanpa
bantuan orang lain. (Bahkan untuk menarik jangkar pun saya terpaksa
melakukannya sendiri hingga punggung belakang saya terasa sakitnya luar
biasa sekali, ungkap sang istri yang telah berusia 64 tahun ini sambil
membungkukkan badannya dan menunjukkan bagian belakang punggungnya).
Kenapa anak anda tidak
ikut serta dalam pelayaran ini?
Anak kami tidak ikut serta
dalam pelayaran ini, karena mereka sibuk bekerja dan mengurusi bisnis
mereka masing-masing.
Adakah pengaruh krisis
ekonomi global terhadap perjalanan anda?
Oh….tidak.
Apa yang membuat anda
benar-benar tertarik untuk melakukan perjalanan keliling dunia ini?
Kami bisa menambah
pengalaman dalam hidup kami tentang berbagai keadaan dan kebudayaan dari
setiap negara yang kami singgahi. Bagi kami berlayar mengelilingi dunia
menjelajahi berbagai negara yang berbeda-beda suasananya lebih berarti
bagi hidup kami yang tentu saja tidak bisa ditukar nilainya dengan uang.
Itulah beberapa petikan
wawancara yang dapat kami lakukan bersama mereka di kedai dadakan tempat
jualan es kelapa muda yang menghadap ke arah icon batu Tanjung
kelayang.
Kita patut mengacungkan
jempol kepada kedua pasangan suami istri yang berusia 60 dan 64 tahun
ini, karena di usia senja mereka masih mampu mengelilingi dunia dengan
kapal kecil seperti itu. Tampaknya kepuasan hidup mereka sangat berbeda
dengan kita.
Ketika minuman es kelapa
muda telah kami habiskan seiring dengan berakhirnya wawancara dengan
kedua pasangan Jerman ini, kita sama-sama mengucapkan kata perpisahan
dan tak lama kemudian mereka pun pamit menuju perahu karet yang
bersandar di pantai Tanjung kelayang. Kelihatannya merekalah turis
terakhir yang betah tinggal di daratan Tanjung kelayang untuk
bercengkarama dengan kami, sementara teman-temannya yang lain telah
duluan pulang ke perahunya masing-masing. Karena hari sudah menjelang
malam kami pun mengucapkan say good bye dan mereka juga mohon
pamit untuk menuju yacht mereka yang berlabuh di tengah lautan Tanjung
kelayang yang indah ini. |